PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
JENIS FRAKTUR
Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
ETIOLOGI
Trauma
Gerakan pintir mendadak
Kontraksi otot ekstem
Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
PATYWAYS
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis
FRAKTUR
nyeri
Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang
Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang
Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
Kerusakan integritas kulit
putus vena/arteri peningk tek kapiler reaksi stres klien
deformitas
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang memobilisai asam lemak
kehilangan volume cairan
Gg mobilitas fisik
edema bergab dg trombosit
Shock hipivolemik
emboli
penekn pem. drh
menyumbat pemb drh
penurunan perfusi jar
gg.perfusi jar
V. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
Pemeriksaan jumlah darah lengkap
Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
PENATALAKSANAAN
Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah
KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
PENGKAJIAN
Pengkajian primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
z kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
z Keterbatasan mobilitas
Sirkulasi
z Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
z Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
z Tachikardi
z Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
z Cailary refil melambat
z Pucat pada bagian yang terkena
z Masa hematoma pada sisi cedera
Neurosensori
z Kesemutan
z Deformitas, krepitasi, pemendekan
z kelemahan
Kenyamanan
z nyeri tiba-tiba saat cidera
z spasme/ kram otot
Keamanan
z laserasi kulit
z perdarahan
z perubahan warna
z pembengkakan lokal
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
z Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
z Mempertahankan posisi fungsinal
z Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
z Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
Klien menyatajkan nyei berkurang
Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
Tekanan darahnormal
Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
Jelaskanprosedu sebelum memulai
Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
Observasi tanda-tanda vital
Kolaborasi : pemberian analgetik
Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
z Penyembuhan luka sesuai waktu
z Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
Monitor suhu tubuh
Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
Kolaborasi emberian antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC
Askep klien Fraktur Cruris
Rabu, 09 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar